Stasiun Tugu pada abad ke-19 |
Di
bawah ini adalah sejarah perkeretaapian di Indonesia pada rentang tahun
1875-1925 dan dalam bentuk sketsa
Latar belakang
Kereta
api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang -
Tanggung yang berjarak 26 km oleh NISM, N.V. (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij)
dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm
atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan
militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam
melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah
Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api,
dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya.
Semarang meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang,
sehingga barang di kirim ke Batavia atau Soerabaja.
Gambaran
keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu
dilestarikan, sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya
pembangunan kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah
tepat, karena kereta dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara
atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik, sehingga lebih
tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan di atas rel
dengan diesel ataupun listrik. i
Informasi
tahun 1875 - 1925 mungkin sudah susah dijumpai di perpustakaan, oleh sebab itu
uraian ini sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi muda.
Jaringan rel
Pengembangan
jaringan rel kereta api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
- 1875 - 1888,
- 1889 - 1899,
- 1900 - 1913
- 1914 - 1925.
Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
Pembangunan
Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa
jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada
tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang -
Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang
59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber
- Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan
digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo,
dan juga lintas Jogya - Magelang.
Hingga
tahun 1888 jaringan rel terbangun adalah:
- Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung - Cicalengka
- Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
- Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo - Surabaya
- Kertosono - Kediri - Blitar
- Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan - Probolinggo
- Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang - Rembang
- Tegal - Balapulang
Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899
Hingga
tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
- Djogdja - Tjilatjap
- Soerabaja - Pasoeroean - Malang
- Madioen - Solo
- Sidoardjo - Modjokerto
- Modjokerto - Kertosono
- Kertosono - Blitar
- Kertosono - Madioen - Solo
- Buitenzorg (Bogor) - Tjitjilengka
- Batavia - Rangkasbitung
- Bekasi - Krawang
- Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos - Banjarnegara
- Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
- Yogya - Magelang
- Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
- Sebagian jalur Madura
Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913
Hingga
tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
- Rangkasbitung - Labuan dan Rangkasbitung - Anyer
- Krawang - Cirebon dan Cikampek - Bandung
- Pasuruan - Banyuwangi
- Seluruh jaringan Madura
- Blora - Bojonegoro - Surabaya
Jaringan setelah tahun 1813 hingga tahun 1925
Hingga
tahun 1925 jaringan rel terbangun adalah:
- Sisa jalur Pulau Jawa
- Elektrifikasi Jatinegara - Tanjung Priok
- Elektrifikasi Batavia - Bogor:
- Sumatera Selatan: Panjang - Palembang dan
- Sumatera Barat: sekitar Sawahlunto dan Padang
- Sumatera Utara: Tanjung Balai - Medan - Pematangsiantar; dan Medan - Belawan - Pangkalansusu.
- Sulawesi: Makasar - Takalar dan rencana Makasar - Maros - Sinkang
- Sulawesi Utara: rencana Manado - Amurang
- Kalimantan: rencana Banjarmasin - Amuntai; dan rencana Pontianak - Sambas.
Untuk
Kalimantan dan Sulawesi tidak terlaksana karena baru akan dimulai dibangun
tahun 1941 dan Perang Dunia II meletus.
Masa Pembangunan Stasiun
Berikut
daftar stasiun besar:
- Stasiun Karanganyar - 1875
- Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
- Stasiun Tanjung Priok - 1914
- Stasiun Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
- Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
- Stasiun Manggarai - 1969
- Stasiun Pasar Senen - 1916
- Stasiun Cikampek - 1894
- Stasiun Bogor - 1880
- Stasiun Bandung - 1887
- Stasiun Yogyakarta - 1887
- Stasiun Solo Balapan - 1876
- Stasiun Semarang Tawang - 1873
- Stasiun Cirebon - 1920
- Stasiun Madiun - 1897
- Stasiun Purwokerto - 1922
- Stasiun Malang - 1941
- Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
- Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
- Stasiun Pasar Turi - 1938
Tidak ada komentar:
Posting Komentar